Kamis, 05 November 2009

Menghidupkan Kembali Lokananta Surakarta

Heri Priyatmoko

Lokananta, perusahaan rekaman piringan hitam pertama milik negara yang berdiri pada 29 Oktober 1956, kembali ramai diperbincangankan. Berkat kemunculan polemik lagu Terang Bulan yang dijiplak Malaysia dan dijadikan lagu kebangsaan, justru menyadarkan kita akan keberadaan Lokananta sebagai tempat menyimpan hasil karya anak bangsa. Misalnya, rekaman gending karawitan gubahan dalang kondang Ki Narto Sabdo, karawitan Jawa gaya Surakarta dan Yogyakarta ada di sana. Kemudian piringan hitam berisi lagu-lagu dari penyanyi legendaris Indonesia, seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa, Bing Slamet, dan Sam Saimun. Bahkan, juga mengoleksi rekaman suara pidato-pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1945 dan acara KTT Non-Blok I tahun 1955 di Bandung.

Namun, terlalu lama Lokananta mati suri dan sepi pengunjung. Ia menjadi salah satu raksasa perusahan rekaman di Tanah Air yang tergilas modernisasi zaman dan kecepatan teknologi terutama di dapur rekaman. Piringan hitam dan kaset yang menjadi produksi Lokananta kalah oleh CD. Tercatat sejak 1997 hingga 2004 perusahaan ini vakum berproduksi.

Ada strategi untuk menghidupkan kembali Lokananta sekaligus merangsang generasi muda untuk mencintai budaya dan memupuk semangat nasionalisme. Yaitu, membuat program visualisasi lagu-lagu perjuangan dan lagu-lagu daerah. Audio lagu perjuangan dikombinasikan dengan visualisasi yang menarik. Lalu muatannya disesuaikan dengan kondisi sekarang agar tidak jenuh saat dinikmati. Contohnya, lagu Indonesia Raya visualisasinya tidak aksi perang pada era perjuangan, tapi ditampilkan dengan tindakan nyata dalam mengisi kemerdekaan seperti mencintai lingkungan dan berprestasi dalam dunia pendidikan, seni budaya dan olahraga.

Toh para pengamat pendidikan menghimbau bahwa pengajaran sejarah kepada siswa tidak harus selalu di dalam kelas dan guru dituntut kreatif menggunakan alat sebagai media pembelajaran. Oleh karena itu, pihak Lokananta bergandeng tangan dengan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program pengenalan Lokananta. Itu berdampak pada mengurangi kejenuhan siswa belajar sejarah, kecintaan dan pengenalan siswa terhadap kekayaan bangsa, serta membantu siswa menyerap situasi kejiwaan yang terjadi kala itu. Pasalnya, pelajaran sejarah bukan sebatas hafalan, tapi berupaya untuk memahami suatu peristiwa.

Kemudian, Lokananta bekerja sama dengan Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) untuk mengisi kegiatan rutin. Karena, siapa pula yang mengorbitkan nama Gesang dan Waljinah “Si Walang Kekek” kalau bukan Lokananta. Maka, penyanyi lokal diuntungkan dengan kerja sama ini. Dengan terlaksananya semua program ini, masa kejayaannya Lokananta dapat terulang. Semoga.

Kompas Jateng, 13 Oktober 2009

1 komentar:

gallamartina mengatakan...

Cobra vs Titanium Drill Bits | TITanium-arts
Cobra titanium rods vs titanium drill bits. The Viper how to get titanium white octane Claw is an 8 x titanium engagement rings 3 inch cut with titanium granite 2 2 face slots. titanium cup The handle is a 2.4mm.