Bandung Mawardi
Menulis adalah tindakan mengekalkan dengan pertaruhan kata dan makna. Pengekalan dilakukan karena mekanisme pencatatan lakon hidup tak selesai dalam ingatan. Produksi kata dan makna mesti dilakukan untuk membuat ingatan tak mati dan penciptaan tak sekarat dalam proses mengatakan dan mendengarkan. Tindakan menulis mengandung kesadaran hasrat untuk mengonstruksi bahasa dalam pilihan struktur. Tulisan menjelma sebagai pengalihan hasrat untuk menjadi dan mengekalkan diri sebagai manusia.
Menulis seperti prosedur menunaikan ibadah dalam dalil iman dan pengharapan. Iman memberi lambaran untuk mengantarkan diri dalam dialektika fakta dan fiksi dalam ambang batas tak kentara. Menulis menjadi ikhtiar penciptaan realitas. Penciptaan ini merupakan subversi terhadap normativitas cara menikmati hidup. Menulis membuat orang mafhum untuk durhaka pada keterlenaan lakon-lakon hidup. Menulis jadi pertaruhan untuk melakukan negasi dan afirmasi atas pelbagai hal dalam permainan kata dan makna.
Sakralitas menulis memang kerap dipahami sebagai pemaknaan laku kultural secara eksklusif. Menulis memiliki arti sakral karena ada proses penundukkan hasrat melalui ideologi konsumsi. Membaca dan menilai dunia telah dimanjakan dengan perangkat teknologi dan kompensasi harga dalam hukum efektif dan efisien atau parktis dan pragmatis. Tindakan reproduksi dan produksi mendapati gangguan dari ideologi konsumsi karena membuka kemungkinan untuk revolusi kesadaran. Menulis adalah merealisasikan hasrat manusia untuk menemukan otonomi dalam mengolah kesadaran dengan perangkat bahasa tanpa tunduk dengan paket-paket komodifikasi nilai dunia.
Hasrat menulis terkadang dimaklumi sebagai keganjilan dari luberan informasi dan arti dalam kesibukan zaman ini. Hasrat membuat orang sanggup untuk melakukan penolakan atau penerimaan terhadap menu-menu kehidupan dalam keramaian dan kerumitan. Menulis seperti mekanisme transaksi terhadap kerimbunan informasi dan arti mengacu pada pembedaan peran dan pemerolehan otonomi diri. Menulis adalah tindakan untuk memiliki otonomi dari operasionalisasi diri agar tak selesai sebagai manusia sejak dini.
Pemenuhan hasrat menulis melahirkan risiko substantif: mencipta dan kutukan. Menulis sebagai proses mencipta mengandung kesadaran konstruktif bahwa bahasa jadi kunci masuk dan keluar realitas. Pengoperasian bahasa memberi kemungkinan untuk sadar risiko sesuai kadar kepentingan dan tendensi. Menulis sebagai tindakan mencipta memunculkan spirit emansipatif pada penulis untuk menentukan peran. Kesadaran emansipatif pada realisasi tulisan merupakan ikhtiar mendapati otoritas sebagai manusia dalam mekanisme reproduksi dan produksi.
Menulis pun membuka kemungkinan manusia menerima kutukan karena resistensi dan represi. Resistensi mungkin terjadi ketika penulis merasa ada tuntutan melakukan kritik atau penolakan terhadap komodifikasi hidup. Pengambilan posisi menantang cenderung membuat penulis dalam posisi represi. Kutukan itu jadi risiko penulis untuk berhenti atau meneruskan laku menulis tanpa takut kalah dan mati.
(Dimuat di Suara Merdeka, 27 Juni 2009)
Jumat, 03 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar