Selasa, 01 Juli 2008

Perpustakaan Kota dan Perpustakaan Kampung


Oleh: Bandung Mawardi

Ada kabar baik untuk kampung-kampung di Kota Surakarta. Kabar baik itu berasal dari Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Surakarta yang bakal merealisasikan pembangunan enam perpustakaan kampung pada tahun 2008 ini. Rencana pembangunan perspustakaan kampung itu diambilkan dari anggaran APBD sebesar 600 juta lebih. Enam kampung yang memenuhi syarat untuk didirikan perpustakaan kampung antara lain Pucangsawit, Jebres, Danukusuman, Mojosongo, Sriwedari, dan Tipes. Pembangunan perpustakaan kampung menandakan ada ikhtiar besar untuk menumbuhkan gairah membaca bagi masyarakat.

Apa yang mungkin bisa dibayangkan dan direalisasikan dari pembangunan perpustakaan-perpustakaan kampung?

Perpustakaan niscaya identik dengan koleksi bahan bacaan: buku, jurnal, majalah, koran, dokumen penelitian, dan lain-lain. Keniscayaan itu membutuhkan instrumen peran dan program yang edukatif dan inspiratif. Perpustakaan tidak sekadar menjadi ruang untuk masyarakat yang ingin membaca. Perpustakaan mesti memainkan peran strategis untuk memberi pengaruh positif dan konstruktif pada masyarakat untuk mau dan tekun membaca dan menulis. Peran strategis perpustakaan mungkin bisa dilakukan dengan mengadakan pelbagai program-program yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat. Program-program itu antara lain: diskusi buku, sayembara menulis artikel, lomba mendongeng, lomba membaca puisi, lomba majalah dinding, dan lain-lain. Partisipasi dari masyarakat itu menjadi acuan penting untuk menilai keberhasilan peran perpustakaan.

Perpustakaan kota yang memprihatinkan

Optimisme terhadap peran perpustakaan terkadang terganjal dengan fakta-fakta yang memprihatinkan. Keberadaan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta layak menjadi contoh keprihatinan. Perpustakaan itu termasuk sepi pengunjung karena faktor lokasi, koleksi, fasilitas, pelayanan, dan lain-lain. Mengapa itu terjadi? Mengapa perpustakaan sepi pengunjung dan pembaca? Mengapa perpustakaan tidak sanggup menjadi ruang membaca, ruang diskusi, ruang komunikasi, ruang interaksi yang representatif dan inklusif?

Fakta dari keprihatinan itu ada dan bisa dibuktikan bahwa koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Daerah Kota Surakarta memang kurang secara kuantitas dan kualitas. Kondisi buku-buku koleksi kurang terurus dan tertata dengan baik. Buku adalah roh perpustakaan. Ketidakmampuan dalam pengadaan dan pengurusan koleksi buku tentu menjadi tanda kemandulan dan kemiskinan perpustakaan. Pengunjung atau pembaca yang ingin menemukan dan membaca buku-buku koleksi terbaru pasti akan maklum atau menyesal. Koleksi-koleksi buku terbaru memang kurang menjadi prioritas dalam kebijakan karena alasan keterbatasan atau dana salah sasaran.

Fakta lain yang memprihatinkan adalah ruang fisik perpustakaan yang kurang memadai, strategis, dan representatif. Perpustakaan Daerah Kota Surakarta berada dalam bangunan gedung kecil dan tidak memiliki ruang baca yang layak dan ruang untuk diskusi. Perpustakaan Daerah Kota Surakarta kurang memainkan peran karena rendahnya kuantitas dan kualitas pelaksanaan program diskusi atau kegiatan-kegiatan edukatif dan partisipatif. Alternatif yang mungkin dilakukan adalah melakukan kerja sama dengan pelbagai pihak mulai dari komunitas sampai lembaga pemerintah atau swasta untuk menghidupkan dan mengembangkan perpustakaan.

Memikirkan perpustakaan kampung

Rencana pendirian perpustakaan kampung membutuhkan dana besar yang mesti dibarengi dengan pemikiran-pemikiran konstruktif. Usulan pemikiran untuk rencana pembangunan perpustakaan kampung antara lain (1) mempertimbangkan arsitektur bangunan sesuai dengan kondisi kampung dan fungsi perpustakaan; (2) memikirkan dan melakukan pengadaan buku-buku yang memang dibutuhkan oleh masyarakat dan bukan sekadar tergantung pada paket buku-buku proyek atau jatah buku dari pemerintah; (3) membutuhkan pengelola yang kompeten dan peka untuk menjadikan perpustakaan sebagai ruang belajar bersama; (4) membutuhkan program-program kegiatan yang edukatif dan partisipatif; (5) melakukan kerja sama dengan pelbagai pihak untuk pengembangan dan penguatan peran perpustakaan.

Optimisme terhadap peran perpustakaan kampung mesti ada dan dibuktikan. Perpustakaan adalah realisasi dari optimisme untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan. Perpustakaan adalah penanda perdaban. Begitu.

Dimuat di Kompas (24 Juni 2oo8)

Tidak ada komentar: