Selasa, 30 Desember 2008

Menguak Potensi Wisata di Sukoharjo

Oleh: Heri Priyatmoko

Dua tahun terakhir Pemerintah Kabupaten Sukoharjo mempercantik Solo Baru untuk kawasan wisata. Di Kota tersebut, Solo Baru menjadi salah satu magnet para pelancong. Selain memiliki wisata kuliner, ada wisata air Pandawa yang elok. Namun, dinamika pariwisata lokal di Sukoharjo masih cenderung statis. Padahal, ada banyak aset wisata yang khas, yaitu wisata sejarah dan ritual. Sayangnya, publikasi hal itu belum luas.

Ada Pesanggrahan Langenharja di dekat Solo Baru. Tempat itu merupakan peninggalan Keraton Surakarta yang dulunya untuk beristirahat keluarga raja. Bangunan unik itu pernah menjadi lokasi pembuatan sinetron. Pesanggrahan itu memiliki pemandian air hangat yang airnya dipercaya berkhasiat menyembuhkan penyakit kulit.

Ada pula sisa Keraton Kartasura. Keraton yang luluh lantak dalam peristiwa "Geger Pecinan" itu adalah situs penting dalam sejarah Kota Solo. Situs peninggalan Keraton Kartasura lainnya, Gunung Kunci dan Segarayasa (sekarang Lapangan Gunung Kunci), pada masanya berfungsi sebagai tempat hiburan raja (taman sari atau kebon rojo). Terdapat pula petilasan Pajang di Makamhaji yang menyimpan cerita tokoh legenda Joko Tingkir. Pendiri petilasan itu pada 1993 adalah Paguyuban Amarsudi Petilasan Kasultanan Karaton Pajang.

Sukoharjo juga mempunyai obyek wisata ziarah yang menarik. Misalnya, makam Ki Ageng Balak, Ki Ageng Sutawijaya, Ki Ageng Purwoto Sidik, BRAy Sedah Mirah, Banyubiru, Majasto, dan Taru- wangsa, yang tersebar di beberapa tempat. Masyarakat sekitar meyakini orang yang dimakamkan di situ adalah tokoh-tokoh pada era Kerajaan Mataram Islam.

Bagi masyarakat Jawa khususnya, mereka tidak dapat meninggalkan aktivitas ritual karena bagian dari tradisi. Kedatangan mereka dianggap sebagai sowan leluhur, bahkan dianggap sebagai ibadah. Pengunjung pemakaman itu selalu ramai setiap bulan Suro, Ruwah, dan malam Jumat Kliwon.

Memiliki segudang obyek wisata seperti itu, Pemkab Sukoharjo seharusnya mampu memberdayakannya. Pasalnya, di wilayah lain seperti Kudus dan Gresik, wisata sejarah dan ziarah menjadi primadona dan penopang pendapatan asli daerah. Selain itu, obyek wisata berfungsi sebagai penguatan citra daerah.

Tanpa mengelola semua potensi itu secara maksimal dan menjalankan strategi pemasaran yang jitu, pariwisata Sukoharjo akan tertidur semakin lama. Tertidur dan terlelap. Artinya, Sukoharjo tertinggal dari daerah lain yang gencar menjual aneka potensi daerahnya. Jika hal itu terjadi, Sukoharjo bakal rugi.

Ingat, promosi pariwisata yang andal mampu mendorong pening- katan lapangan kerja yang memadai. Pariwisata turut menggenjot kegiatan ekonomi produktif mulai dari kerajinan, makanan, transportasi, akomodasi, dan lain sebagainya.

Jadi, Pemkab Sukoharjo janganlah menyia-nyiakan "tambang emas" tersebut.

Dimuat di Kompas Jateng, Selasa, 16 Desember 2008

1 komentar:

Danni Nahason mengatakan...

PERTAMAX...
Wah seru tuh bang liburan di Pandawa Water World. Liburan kmarin biz ksana nih.
Gile deh pokokny, keren abiz...