Oleh: Bandung Mawardi
Musim haji merupakan musim kesibukan dari umat sampai negara. Haji sebagai laku religius memiliki efek besar untuk menggerakkan roda-roda ibadah sampai ekonomi-politik. Haji pun menjadi kesibukan dalam dunia penerbitan di Indonesia. Kepustakaan menjadi roda penting dalam mendedahkan tuntunan teknis sampai wacana kritis-filosofis.
Buku-buku dalam kriteria teknis pelaksanaan haji terbit dalam jumlah besar. Buku teknis haji antara lain: Problematika Manasik Haji (1989) oleh Nasir Yusuf, Ibadah Haji dan Umrah oleh Noor-Matdawan, Cara Mudah Naik Haji (1993) oleh Kelompok Empat Satu, Pedoman Haji (1994) oleh T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Buku Pintar Haji dan Umrah (2000) oleh H.M. Imran Gayo, Haji Bersama Quraish Shihab oleh Quraish Shihab (2000), dan Kitab Fadhilah Haji (2003) oleh Maulana M. Zakariya. Buku-buku itu mayoritas mendedahkan rukun haji sampai hikmah haji. Perkara-perkara teknis menjadi muatan pokok sebagai panduan pengetahuan dan praktik haji.
Jenis buku dengan muatan wacana haji dari sejarah sampai analisis kritis mengenai nilai-nilai teologis dan komitmen sosial haji hadir dalam buku-buku berikut ini: Haji (1983) oleh Ali Syariati, Perayaan Mekkah (1989) oleh Christian Snouck Hurgronje, Tafsir Ayat-Ayat Haji (1993) oleh Muchtar Adam, Rahasia Haji dan Umrah (1993) oleh Abu Hamid Al-Ghozali, Rahasia Haji Mabrur (1995) oleh A. Mutawalli Asy Syarawi, Perjalanan Religius Haji (1997) oleh Nurcholis Madjid, Menyingkap Rahasia Ibadah Haji (1999), Mengikuti Jalur Para Nabi: Kisah Perjalanan Haji Rasulullah SAW (2001) oleh O. Hashem, dan Mari Memabrurkan Haji (2002) oleh Mutawakil Ramli.
Buku Ali Syariati merupakan buku mumpuni dalam menjelaskan sejarah haji sampai pada pandangan kritis terhadap ibadah haji dan sosok pelaku haji. Buku itu terbit dalam tiga versi terjemahan Indonesia oleh penerbit berbeda: Pustaka Salman dengan judul Haji (1983), Yayasan Fatimah dengan judul Makna Haji (2001), dan Jalasutra dengan judul Menjadi Manusia Haji (2005). Ali Syariati menjelaskan haji merupakan revolusi lahir dan batin untuk membebaskan manusia dari belenggu tuhan-tuhan palsu. Haji merupakan pertunjukan tentang “penciptaan”, “sejarah”, “keesaan”, “ideologi Islam”, dan “ummah”.
Nurcholis Madjid (1997) menilai haji adalah laku religius atas perintah Tuhan dan napak tilas perjalanan hamba-hamba Allah yang suci. Tanda ketundukan dan kemabruran adalah kesadaran dan praksis untuk komitmen-solidaritas sosial. Haji merupakan ibadah individu dengan implikasi sosial. Buku Perjalanan Religius Haji dari Cak Nur merupakan kumpulan ceramah tentang haji dan umrah di Universitas Paramadina. Buku itu memiliki muatan studi teologi, intelektual, sosial, dan kultural.
Buku-buku haji dalam jenis memoar, pengalaman, atau catatan harian semakin menunjukkan bahwa haji merupakan ibadah signifikan dalam kehidupan kaum muslim. Buku-buku jenis ini antara lain: Orang Jawa Naik Haji (1984) oleh Danarto, 100 Keajaiban di Tanah Suci: Pengalaman Unik Jamaah Haji (1996) oleh E. Syarif Nurdin dan E. Kosasih (editor), Pengalaman Seorang Mualaf: Haji Kelana Mencari Illahi (1996) oleh Ahmad Thomson, Haji: Sebuah Pengalaman Perjalanan Air Mata Pengalaman Beribadah Haji 30 Tokoh (1993) oleh Mustofa W. Hasyim dan Ahmad Munif (editor), dan Orang Jawa Naik Haji + Umroh (1999) oleh Danarto.
Buku Danarto terbit dalam dua edisi dengan perbedaan pada edisi kedua ditambahi dengan catatan harian ketika ibadah umrah. Buku Orang Jawa Naik Haji memang fenomenal karena dikisahkan oleh seorang sastrawan mumpuni dengan muatan reflektif dan humor-kritis. Danarto mengungkapkan: “Ibadah haji sesungguhnya saat manusia bergabung kembali dengan esensinya.” Buku pengalaman haji terasa pluralis dan menyentuh dalam buku Haji: Sebuah Pengalaman Perjalanan Air Mata Pengalaman Beribadah Haji 30 Tokoh yang memuat kisah dari Ali Sadikin, Amien Rais, Didi Petet, Arifin C. Noer, Mustofa A. Bisri, Taufik Ismail, Waldjinah, Nurcholis Madjid, Benyamin S., Sahal Mahfudz, dan lain-lain.
Kisah memukau juga ada dalam buku Pengalaman Seorang Mualaf: Haji Kelana Mencari Illahi. Ahmad Thomson merupakan mualaf dari Inggris yang memutuskan untuk melakukan ibadah haji dengan berjalan kaki dari London sampai Mekah. Ahmad Thompson menemukan hikmah: “Haji merupakan kunci untuk membuka makna keseluruhan perjalanan hidup seseorang.” Haji memang ibadah menakjubkan dalam ikhtiar menjadi manusia dengan kesadaran religius dan sosial. Begitu.
Dimuat di Suara Merdeka (3o November 2oo8)
Rabu, 03 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Haji yg notabene merupakan ibadah yang agung di Indonesia justru dipelintir menjadi obyekan oleh orang yang justru tahu mendalam soal nilai ibadah haji.
Adakah buku yang mengupas masalah itu mas?
Posting Komentar