Rabu, 23 April 2008

Membaca dan Menulis Kartini


Oleh: Bandung Mawardi

Kartini lahir pada 21 April 1879 dan meninggal pada 17 September 1904. Kartini lahir dan tumbuh sebagai sosok yang mengalami pergulatan intens dengan tradisi Jawa, emansipasi, keluarga, iman, nasionalisme, humanisme, dan pendidikan. Kartini hadir sebagai sosok yang penting dan menentukan dalam sejarah Indonesia.

Kartini tumbuh dengan hasrat besar untuk menjadi manusia yang sadar atas perubahan zaman. Kartini ada dalam zaman peralihan yang mengandung benih-benih modernitas di Indonesia akhir abad XIX. Kartini memutuskan untuk belajar mengenai apa pun dan sadar bahwa ada kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan untuk memenuhi obsesi atas hasrat pengetahuan dan perubahan. Kartini lahir dan hidup dengan tradisi dan sistem yang menempatkan perempuan dalam kedudukan rendah. Kartini menjadi manusia yang mesti menerima dan menjalani tragedi ketika zaman itu masih sedikit orang sadar dan mau memikirkan nasib negeri jajahan, emansipasi perempuan, pendidikan, nasionalisme, pluralisme, dan humanisme.


Kartini adalah inspirasi perubahan, pembebasan, dan pencerahan dalam babak awal pergerakan politik dan intelektual modern di Indonesia awal abad XX. Noto Soeroto dalam pidato di Indische Vereeniging (1908) menulis tentang Kartini sebagai anutan untuk kesadaran memikirkan bangsa dan keberanian menentukan diri dalam perubahan zaman. Kartini adalah sosok inspiratif yang memberi pengaruh besar dalam konstruksi menjadi Indonesia.

* * *
Penghormatan atas Kartini dilakukan dalam pelbagai bentuk: pendirian lembaga pendidikan, pemberian gelar pahlawan, sosialisasi lagu “Ibu Kita Kartini”, penerbitan buku surat-surat Kartini, penerbitan buku biografi Kartini, peringatan rutin “Hari Kartini”, pendirian museum, dan lain-lain.

Buku adalah bentuk pendokumentasian yang representatif untuk menghormati Kartini yang pada masa itu memenuhi hasrat pengetahuan dengan membaca buku, diskusi, dan korespondensi. Penerbitan buku-buku yang memuat surat atau mengenai biografi dan pemikiran Kartini terhitung lumayan banyak dalam edisi bahasa Indonesia.

Buku mengenai surat-surat Kartini antara lain: Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (terjemahan Empat Saudara, 1922), Habis Gelap Terbitlah Terang (terjemahan Armijn Pane, 1938), Surat-surat Kartini: Renungan tentang dan untuk Bangsanya (terjemahan Sulastin Sutrisno, 1979), Kartini: Surat-surat kepada Ny. R.M. Abendanon-Mandri dan Suaminya (terjemahan Sulastin Sutrisno, 1989).

Buku-buku mengenai biografi Kartini antara lain: Kartini (Hurustiati Subandrio, 1950), Panggil Aku Kartini Saja (Pramoedya Ananta Toer, 1962), Raden Adjeng Kartini: Pendekar Wanita Indonesia (A. Soeroto, 1974), R.A. Kartini: Riwayat Hidup dan Perjuangannya (Sutrisno Kutojo, 1976), Kartini: Sebuah Biografi (Sitisoemandari Soeroto, 1979), R.A. Kartini Seratus Tahun (1879-1979) (Solichin Salam, 1979), R.A. Kartini (Tashadi, 1982), Kartini dalam Sejarah Nasional Indonesia (Solichin Salam, 1982), Rintihan Kartini (Idjah Chodidjah, 1984), Kartini: Pribadi Mandiri (Haryati Soebadio dan Saparinah Sadli, 1990), Tragedi Kartini (Suryanto Sastroatmodjo, 2005). Buku yang merupakan kajian mendalam mengenai pemikiran Kartini adalah Tuhan dan Agama dalam Pergulatan Batin Kartini (1993) diterbitkan dari disertasi Th. Sumartana.

* * *

Kartini terus dikenang, diperingati, dibayangkan, dibicarakan, dibaca, dan ditulis. Kartini adalah sosok manusia dengan pelbagai tragedi dan obsesi. Kartini mewariskan sekian pemikiran dan laku hidup untuk orang-orang yang ingin memberi penghormatan dan menemukan inspirasi untuk kehidupan zaman sekarang.


Goenawan Mohamad dalam “Catatan Pinggir” (12 Desember 1987) menulis tentang Kartini: “Saya membayangkan dia sebagai seorang yang dengan gementar di tepi saat untuk terkeping-keping…. Ia seorang yang cita-citanya luas terbentang tapi tubuhnya bagaikan disandera. Ia seorang yang tahu indahnya cakrawala Barat tapi seorang gadis pribumi yang selalu peka akan cemooh orang Belanda kepada ke-‘Barat’-annya.” Begitu.


Dimuat di Suara Merdeka, Minggu, 20 April 2008

Tidak ada komentar: