oleh: Bandung Mawardi
Ibu memasak gurindam di dapur. Ayah pergi
dari rumah. Pintu rusak dan kunci hilang.
Piring kotor tak ada yang mencuci. Ibu bingung
mencari doa di lemari. Sejak dulu ayah tak mau mencium ibu.
Tak ada yang minta alasan. Dusta menumpuk di ember.
Baju ayah dan ibu bertemu. Percakapan absen
selama hujan pendek. Ibu tak lupa pergi ke masa lalu.
Membaca malu dan dusta yang terus hamil.
Ayah tak bisa menulis pesan. Kalimat yang terakhir bukan khianat.
Sejak itu ibu dan ayah tidak ingin marah. Ibu menata gurindam
di kamar mandi. Alamat-alamat lama terbaca.
Ibu malas mencari foto-foto jelek. Pintu dapur lupa dikunci.
Ibu takut dengan aib yang lari. Ayah letih mengingat kebun.
Duka dan perut jadi kisah sedih. Ibu makan sendiri.
Gurindam tak bisa habis. Pasar ramai dengan berita dan uang.
Rumah sepi dan miskin. Ibu tak pernah menerima tamu.
Ayah takut pulang. Ibu tua dan mati di dapur.
Gurindam tidak jadi warisan.
(Pemenang Harapan Sayembara Penulisan Puisi Raja Ali Haji Award 2007 – Dewan Kesenian Kepulauan Riau)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar